Untuk Ino,
Anakku yang kukasihi,
Ino, mommy menulis surat ini dan
mengirimnya karena memang entah kenapa, mommy ingin Ino mengalami “rasa” itu…
Rasa dimana saat sebuah benda
yang terbungkus seperti sebuah kado, mungkin bukan kado yang istimewa, tapi
menjadi sebuah representasi “pemberian”. Karena setiap hari dalam hidup kita
adalah pemberian Tuhan yang istimewa, mungkin tampaknya seperti sebuah hari biasa
dengan durasi yang tak lebih dari 24 jam, namun sejak entah ikapan, mommy
selalu menganggap setiap hari memiliki “pemberian” nya sendiri, setiap guratan
cahaya matahari di langit memiliki “janji”nya sendiri, dan setiap detik, menit
dan jam yang bergulir memiliki mujizatnya sendiri.
Anakku, tidak panjang umurmu
bersama mommy, hampir sepuluh tahun yang lalu, mommy akhirnya mengambil sebuah
keputusan berat dengan bayaran yang sudah terbukti sangat mahal. Beberapa waktu
yang lalu, serangkaian kejadian terjadi dan ada sebuah momen dimana mommy
sampai terpukul karena mendengar isak tangis abang… ya “abang” adalah panggilan
Ino, sebuah panggilan yang telah mommy berikan walau waktu itu Eli bahkan belum
ada dalam kandungan mommy.
Kenapa abang menjadi panggilanmu, nak? Karena di waktu mommy tahu mommy mengandung Ino, mommy selalu bilang pada Tuhan, “Anak ini akan menjaga anakku Misha”, iya, Misha adalah panggilan kakakmu waktu itu. Panggilan sayang dari mendiang mama nya Mommy, Opung-mommy yang tak sempat abang kenali dan merasakan bagaimana rasanya memeluk abang saat abang lahir ke dunia ini. Selain itu, kenapa mommy memutuskan memanggilmu “Abang” meskipun umurmu baru beberapa jam, karena mommy tahu, panggilan itulah yang akan diberikan oleh Opung-mommy atau Opung-daddy semisal mereka bisa menyambut kelahiranmu.
Surat ini mommy tulis sebagai
bentuk ucapan dan permohonan maaf mommy kepada abang, karena mommy menyadari,
akanlah terlalu banyak bila mommy meminta sesuatu kepada abang. Seperti mommy
pernah bilang kepada abang, abang tidak perlu mencintai mommy, tahukah nak?
Mommy berdosa mengatakan itu, karena itu adalah bentuk dari keputus asaan mommy
karena kehilangan harapan, harapan bisa bersama dengan abang lagi, entah kapan
itu, dan bagaimana, entah kenapa, harapan itu telah hilang dan setiap bisikan
doa lah yang mampu membuat mommy bertahan.
Apakah mommy menunggumu, nak?
Tidak sayang… Bukan karena abang
tak layak untuk ditunggu, tapi mommy ingin abang tahu bahwa mommy tidak akan
memberikan tekanan apapun pada abang dengan menunggu abang untuk suatu hari
datang pada mommy dan memeluk mommy lagi. Di tengah derita merindukan abang dan
masih bertanya-tanya mengapa keadaan ini begitu tidak bisa dimengerti, sekali
lagi, mommy tidak berhenti memanjatkan doa dan harapan mommy untuk kebahagiaan
abang. Mommy tidak berhenti memohon pada Tuhan agar abang terlepas dari
belenggu gundah gulana dan ribuan pertanyaan mengapa ini semua bisa terjadi.
Karena, mommy akhirnya memutuskan untuk berhenti bertanya, berhenti meminta
penjelasan padaNya dan menyerahkan semua padaNya dengan tetap percaya, bahwa
segala sesuatu baik. Terutama baik untuk abang, untuk kakak dan untuk adek.
Anakku, tetaplah memiliki hati
yang lembut dan tulus, karena dunia dipenuhi dengan begitu banyak kepalsuan,
tanpa memandang umur, tanoa memandang siapa, tanpa memandang kapan, seseorang
bisa memicu sesuatu, dan dunia bisa begitu terplintir hingga yang tampak
hanyalah yang dipermukaan. Namun mommy percaya, abang adalah sebuah kreasi
Tuhan yang luarbiasa indah, seperti halnya kakak dan adikmu. Dalam tiap
peristiwa, banyak hal yang tak terlihat, mungkin itu yang disebut dengan
Hikmah, tapi akhirnya, Tuhan seolah menunjukkan pada mommy, bahwa semua hal,
bahkan yang menyakitkan sekalipun, memiliki “Collateral Beauty” nya sendiri.
Sebuah efek domino yang sebetulnya memberikan keindahan dalam kehidupan,
diantara segala sesuatu yang runtuh, bahkan tampaknya tercerai berai.
Sayangnya mommy, mommy
merenungkan kata-kata abang waktu abang menolak mommy menceritakan
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan menjadi dasar kenapa untuk hal ini
dan hal itu. Mommy sampai pada suatu kesimpulan, mungkin memang mommy harus
bertanya sekali lagi, apa sih “WHY” atau “Mengapa” dalam hidup mommy yang
paling berarti? Apakah, “Mengapa saya bangun pagi ini?”; atau “Mengapa saya
memilih hal ini dan bukan hal itu?”; atau “Mengapa saya ikhlas dan bersedia
menjadi yang dikorbankan?” dan ‘mengapa – mengapa’ lain muncul dalam pikiran
mommy. Dan malam ini, semua bermuara pada satu jawaban, “Karena saya ingin menjadi ‘saya’
yang entah sejak kapan terkubur, karena saya ingin menemukan ‘cinta’ dan
memberikan sesuatu pada kehidupan ini”.
Mungkin itu terdengar terlalu
muluk, ‘too good to be true’, atau, klise sekali sih, setelah begitu banyak
luka dan kekecewaan yang muncul karena kondisi dan situasi, lalu kita punya
legitimasi untuk mencari jawaban dari ‘mengapa’ itu dan mengorbankan hal lain?
Bisa jadi…
Tapi ketahuilah anakku, mengapa
mungkin bukan pertanyaan, tapi sebuah awal yang berperan sebagai energi kita
untuk menggapai sesuatu yang tak tergapai, walau dengan harus melepaskan apa
yang ada dalam genggaman; dan walau ini sungguh menyakitkan bagi mommy,
ternyata yang terlepas dan tak tergapai itu tetap menjadi kekuatan, sedikit
banyak, menjadi kekuatan bukan hanya untuk mommy, tapi untuk orang yang mommy
temui sejak mommy memutuskan untuk melangkah dan mengorbankan banyak hal demi
sesuatu yang sebetulnya mommy harapkan akan bergulir dengan baik.
Megumi Marsha Hutagaol, Frantino
Matthew Hutagaol dan Elijah Maleachi Hutagaol adalah tiga jiwa yang Tuhan
karuniakan ke dunia ini. Mommy ulangi, waktu abang ada dalam kandungan mommy,
mommy langsung tahu Tuhan menjawab doa mommy dengan memberikan seorang anak
laki-laki, “the son” yang akan menjaga kakak Megumi. Malam ini, setelah mommy
berdoa, mommy terhenyak karena saat mommy mensyukuri karunia Tuhan, menangis
karena rindu dan saat berseru pada Tuhan, sebuah kilas balik muncul di ujung
benak mommy, dan mommy ingat, doa mommy begitu mommy tahu mommy mengandung
abang adalah: “Aku berdoa dan mensyukuri Tuhan mengirimku seorang anak
laki-laki yang akan menjadi penjaga anakku Megumi…”, dan hal itulah yang ingin
mommy sampaikan pada abang. Dunia boleh terbelah, sang mentari mungkin tak
bersinar lagi, tapi anakku, please… always remember, kakakmu membutuhkan
perlindungan dan kekuatan darimu, mommy menyadari abang memiliki dunia abang
sendiri kelak, mungkin sekarangpun abang telah memiliki kehidupan yang berbeda
dengan kakak Megumi, tapi jangan sekalipun membiarkan dia lepas dari kasih
sayang abang dan tidak terlindungi. Bila dulu mommy telah siap kehilangan
semuanya demi kalian, nyawa mommy pun akan mommy berikan untuk bisa mendapatkan
janji abang untuk menjaga kakakmu. Saling mengasihi lah kalian, dan tetaplah
membangun hidup kalian untuk kelak bisa saling mengangkat dan menguatkan.
Semoga…..
Ya, semoga….
Hanya itu yang bisa mommy ucapkan
pada abang, dengan derai airmata mommy sembari menulis surat ini dengan satu
kesadaran bahwa mencintai tak selamanya bisa memiliki, tapi mommy bahagia
pernah merasakan detak jantung abang yang berdetak ber-iringan bersama jantung
mommy. Mommy mensyukuri setiap detik, menit dan jam waktu abang tumbuh didalam rahim
mommy, menggeliat, menendang, dan dipagi indah itu, abang lahir dan memberikan
harapan baru bagi mommy untuk memperjuangkan sesuatu setelah mommy mengalami
masa yang luarbiasa menyiksa hati, jiwa, tubuh dah pikiran mommy. Sebuah
keindahan yang penuh sukacita datang dan menjadi kekuatan mommy bahkan hingga
detik ini. Tetqplah menjadi keindahan dan karya Tuhan yang luarbiasa, ya anakku…
Karena engkau begitu indah dengan diammu, karena abang begitu indah dengan
kerling mata abang saat abang belum mampu berkata-kata, tapi telah memiliki
hasrat dan keinginan, karena engkau sangatlah indah saat tertidur sambil
menggenggam baju mommy, dan abang teraqmat sangat indah saat bertransformasi
menjadi pria yang kelak akan menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk karya
muliaNya.
Maafkan mommy ya anakku, maafkan
ketidak sempurnaan mommy dan kekurangan mommy, tolong maafkan mommy karena
mungkin, karena satu dan lain hal, karena kondisi yang muncul dan segala
situasi yang pernah ada, mommy mungkin
bukan contoh yang baik dan pengorbanan mommy berbuah hujatan atas mommy. Tapi kembali
lagi, Tuhan melihat semua peristiwa, dan mommy sudah sampai pada satu titik
dimana mommy tidak akan mencari jawaban atas apapun, namun hanya akan
memberikan semuanya pada otoritas Tuhan, termasuk menyerahkan kalian semua
ketangan kudusNya, agar kalian semua memiliki hati seperti Bapa dan semakin
indah dihadapanNya.
Dan mulai malam ini, mommy akan
menuliskan setiap kenangan, memory indah yang bisa mommy tulis tentang kakak,
abang dan adik sejak detik kalian dilahirkan kedunia ini, sebagai catatan
betapa kalian telah mewarnai kehidupan ini, paling tidak kehidupan mommy,
dengan keindahan yang luarbiasa.
I love you abang, may God be with
you…
Always,
Mommy…
Jakarta, 07 July 2017